Monggo di pilih ..... sepengine panjenengan - panjenengan ...

TipS


serial tips menulis; blog berita; jarar siahaan
Tips-tips ini kuuraikan berdasarkan pengalaman pribadiku selama dulu bekerja sebagai wartawan suratkabar dan kini menjadi blogger-online journalist. Bisa cocok dan berguna bagimu, tapi bisa juga tidak cocok. Pilihlah mana yang menurutmu baik untuk kauterapkan, sedangkan sisanya masukkan saja ke tempat sampah; jangan repot-repot memikirkannya.
1. Menghabiskan waktu hanya untuk memikirkan judul.
Banyak penulis, seperti cerpenis, reporter, atau bloger, yang memiliki kebiasaan untuk membuat judul artikelnya terlebih dahulu. Sebaliknya, ada penulis yang langsung menuliskan artikelnya hingga selesai, baru kemudian membuatkan judul.
Mana dari kedua cara ini yang paling baik? Keduanya baik, tergantung selera. Tapi sering kutemukan orang yang menghabiskan waktu hingga lima menit, atau bahkan lebih lama, hanya mengganti-ganti judul. Kebiasaan ini jelas berdampak buruk pada kreativitas. Selama mencari judul yang tepat itu, sekian persen ide-ide dan informasi dalam memori kita sangat mungkin lenyap atau setidaknya “basi”, sehingga kata-kata yang kita tuliskan kemudian tidak secemerlang yang kita pikirkan semula.
Aku sendiri terbiasa menulis judul terlebih dulu. Tapi bila dalam satu menit pertama aku tak berhasil membuat judul yang bagus, maka kumulai saja menulis artikelku. Setelah selesai menulis isi artikel, dan masuk ke proses editing, sering muncul ide menarik yang kemudian kupakai menjadi judul.
→ Keuntungan membuat judul terlebih dahulu: Penulis punya pegangan akan ke arah mana tulisannya.
→ Keuntungan membuat judul belakangan: Ide-ide dalam pikiran penulis bisa dituangkan lebih lancar ke dalam teks.
2. Mencari topik tulisan yang “terlalu tinggi dan hebat”.
Jangan tulis apa yang kau tidak pahami dan kuasai. Bila orang lain mampu menulis isu-isu sastra atau filsafat, jangan paksakan dirimu bila tak mampu.
Tulislah apa yang menjadi hobimu, pekerjaanmu, atau yang berkaitan dengan gelar kesarjanaanmu [pendidikan]. Aku tertarik mengamati sejumlah weblog yang spesifik menulis soal memancing ikan, atau kesehatan gigi, atau kereta angin [sepeda], atau penyakit HIV/AIDS, atau hukum acara pidana/proses peradilan, atau tentang iklan pada sobekan koran, bungkus rokok, hingga billboard.
Engkau seorang bloger-mahasiswa jurnalistik? Mengapa tidak menulis pengamatanmu terhadap isi suratkabar. Engkau bekerja sebagai PNS dan punya weblog? Mengapa tidak menulis rutinitasmu dan seluk-beluk urusan birokrasi. Banyak orang awam akan tertarik membaca ceritamu bagaimana misalnya sebuah proposal permintaan bantuan dana diproses mulai dari seorang PNS “staf-habis”, kasubbag, kepala bagian/dinas, asisten, sekda, wakil walikota, hingga Pak Wali.Jadi, pada hakikatnya, sebuah artikel yang bagus bukanlah harus bercerita tentang topik-topik setinggi langit.
→ Peganglah ini: Tulisan yang bagus di mata pembaca bukanlah karena APA isu yang ditulis, tapi BAGAIMANA isu tersebut ditulis.
3. Sibuk memperbaiki ejaan dan tanda baca.
Salah satu saran dari banyak penulis dan novelis best-seller adalah: Jangan perbaiki ejaan saat menulis. Itu benar, sangat tepat, dan aku mematuhinya.
Ketika mulai menulis artikel — opini, berita, feature, atau cerpen — aku tidak memperhatikan adanya salah ketik. Kata yang salah eja, tanda baca yang tidak pada tempatnya, kesalahan pemakaian huruf kapital, semuanya kubiarkan saja dulu. Hal-hal itu kucek dan kuperbaiki saat proses membaca ulang atau editing.
Jadi, bila engkau ingin segala ide menarik dalam otakmu bisa mengalir dengan lancar ke lembar kerja di komputermu, maka jangan asyik membuka kamus untuk mencari ejaan kata yang benar. Lakukan hal itu usai menulis.
→ Biasakan menulis draf artikel tanpa melihat ulang ke atas [mengecek]. Biarkan semua idemu tertulis mengalir apa adanya. Jangan hiraukan apakah kau salah menulis tanda baca atau diksimu kurang tepat.
4. Jangan pikirkan, tapi tuliskan.
Tips terakhir ini terdengar ganjil dan seperti nasihat menyesatkan. Ini memang benar-benar rahasia pribadiku.
Aku tidak pernah “berpikir” saat hendak mulai menulis. Aku berpikir beberapa jam [untuk artikel berbentuk berita] atau bahkan sering beberapa hari [untuk artikel bukan berita] sebelum menulis sesuatu. Jadi, jauh sebelum tanganku menyentuh papan-ketik laptop, aku sudah tahu apa yang akan kutulis.
Maksudku dengan tips ini ialah, jangan berpikir [baca: mencari topik, mengolah bahan tulisan, dll] pada waktu hendak menulis. Hal itu hanya akan menghabiskan waktumu. Bila sudah membuka halaman ketikan di PC, berarti engkau sudah harus tahu dan kuasai apa-apa yang akan kautulis.
→ Biasanya aku memikirkan apa dan bagaimana artikelku saat “nongkrong” di toilet, atau saat merokok sambil ngopi di kedai, atau beberapa menit menjelang tidur di malam hari. Pernah mendengar “menulis dalam pikiran”?
Ayo, mulailah menulis, jangan kelamaan berpikir. [blogberita.net]